Cerpen Remaja Tentang Cinta

Berikut ini saya share sebuah cerpen remaja tentang percintaan yang barangkali dapat menjadi bahan bacaan yang berguna bagi sahabat pembaca.

Judul: Love False

Panggil dia Zah. Lengkapnya adalah Zahra. Ia adalah seorang siswi di PonPes Az-Zahra, di daerah Jakarta Selatan. Ia berparas cantik, dan dia pun berperilaku lembut. Ia memiliki suara nan indah ketika ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Suara merdunya mampu menyihir para santriawan PonPes putra Az-Zahra.
Suatu hari ketika Zah berangkat sekolah, ada salah satu siswa PonPes putra Az-Zahra menghampiri Zah.
“Hai Zah, berangkat bareng yuk!” ajak siswa yang bernama Dhaffa.
“Eh Fa, ya boleh. Ayo!” ujar Zah mengiyakan. Sambil menikmati perjalanan ke sekolah di bus, Dhaffa bertanya banyak hal kepada Zah.
“Zah,”
“Ya?”
“Kamu pernah pacaran?”
“Pernah Fa, kenapa?”
“Nggak papa kok, berapa kali ?”
“Sekali.”
“Nggak nyari lagi? Aku mau kok daftar, hehe.”
“Hehe, bercanda aja sih kamu. Lagi nggak pengen nyari kok Fa.”
“Eh, aku nggak bercanda Zah. Dari dulu aku selalu serius ngomong gini ke kamu.”
“Belum tahu Fa.”
“Ya udah, kamu boleh mikir mikir dulu kok. Dari dulu sampai sekarang, atau sampai kapanpun, aku akan selalu menunggu jawaban YA dari kamu.”
Zah hanya tersenyum menanggapi ucapan Dhaffa yang terlalu sering ia ungkapkan itu. Hingga akhirnya bus berhenti di muka gerbang sekolah. Zah dan Dhaffa segera turun dari bus dan masuk menuju ke kelas masing-masing.

Di PonPes, Zah sedang berkumpul dengan para siswi sekamarnya di kamar. Mereka saling bertukar cerita satu sama lain.
“Zah, kemarin Dhaffa bilang sama aku, kalo dia suka berat sama aku!” tutur Lussi bercerita.
“Hehehe, nggak usah di tanggapi. Dari dulu dia juga udah bilang sama aku kalo dia naksir berat sama aku, tadi dia juga bilang gitu sama aku pas berangkat sekolah. Tapi nggak tak gagas.” ujar Zah mengomentari.
“Wah, bahaya nih kalo ada cowok yang kayak gitu. Jangan-jangan dia player lagi??” ujar Nura memberi komentar juga. Suasana hening sejenak. Semua saling bertatapan. Lalu tiba-tiba Lussi berkata,
“Gimana kalo kita buat dia kapok?”
“Kapok? Gimana caranya Lus?” tanya Zah kurang mengerti maksud dari pembicaraan Lussi.
“Ya caranya, waktu kamu di tembak Dhaffa, kamu terima dia. Lalu, suatu saat kamu putusin dia, terus gentian aku yang gituin dia.” ucap Lussi sambil tersenyum lebar.
“Kayak gitu caranya?” ujar Zah sedikit ragu.
“Iya lah, deal?” tutur Lussi.
“Deal!!” tambah Nura. Zah masih diam dalam bimbang. Ia bingung dengan keputusan apa yang harus ia perbuat. Ia tak biasa membuat orang sakit hati. Namun dengan berat hati, Zah pun berkata,
“Deal…” dengan suara lirih.
“Nah, gitu dong Zah. Jawab gitu doang mikirnya setahun.” ujar Nura. Lussi tersenyum. Zah masih membisu seolah menyesal dengan apa yang ia ucapkan. Lalu Zah segera pergi dari kamar.

Malam segera datang bersama ribuan juta bintang di langit dan satu bulan yang menerangi. Cahaya bulan seolah menerobos masuk ke dalam celah celah ruang di PonPes Az-Zahra malam ini. Bulan nan indah yang terselimuti gelapnya langit membuat Zah sedikit tersenyum menikmatinya. Ia sedang tak di PonPes saat ini. Ia sedang menikmati indahnya malam bersama rekannya Nura. Namun saat Zah sedang berjalan menuju PonPes,
“Zah,” ucap Dhaffa secara tiba-tiba.
“Eh, kamu Fa. Ada apa?”
“Gimana dengan tawaranku selama ini Zah? Kamu mau nggak jadi pacar aku, untuk mengisi ruang hati ku yang kosong ini?”
“udah, terima aja Zah! Inget kan perjanjian kita?” bisik Nura.
“Iya!” ucap Zah secara lantang. Namun tanpa Dhaffa dan Nura sadari, butiran bening membendung di mata Zah.
“Makasih Zah.” ujar Dhaffa dengan gembira.
“Ya udah, Zah mau pulang dulu ya Fa. Assalamu’alaikum.” ujar Zah dengan mata yang masih membendung butiran air mata. Zah sedikit berlari menuju PonPes. Nura hanya mengekor pada Zah.
Di kamar.
“Kamu kenapa Zah?” tanya Lussi. Zah hanya diam.
“Dia habis terima cintanya Dhaffa, Lus.” jelas Nura.
“Ya bagus dong Zah. Lebih cepat kita buat dia kapok. Ngapain mesti nangis?” tanya Lussi. Zah masih terdiam, namun mulai beranjak meninggalkan kamarnya.

Esoknya di sekolah, Zah masih terdiam dengan matanya yang berkaca-kaca. Ia duduk menyendiri di depan kelasnya. Lalu tiga orang sahabatnya menghampiri Zah.
“Zah, lu ngapa sih kok diem?” tanya Zeefa. Zah hanya menggelengkan kepalanya.
“Lu cerita kek ke kita-kita! Sharing gitu.” tambah Arda. Zah hanya merespon dengan senyuman kecutnya.
“Lu kira diem bisa nyelesaiin masalah apa? Kalo lu diem, sama aja lu siksa diri lu sendiri!” tambah pula Nahla.
Sambil menghela nafas, “Oke, gua akan cerita.” ujar Zah.
“Nah, cerita dong Zah.” ujar Zeefa.
“Jadi, gua sekarang lagi pacaran sama cowok yang sama sekali nggak gua suka.” ucap Zah mulai menjelaskan.
“Terus?” ujar Nahla.
“Semua ini menyiksa ku.” lanjut Zah.
“Kenapa lu terima kalo lu nggak suka?” tanya Arda.
“Ini semua terjadi karena sebuah perjanjian. Perjanjian antara gua en temen-temen sekamar gua di pondok...” ujar Zah menerangkan panjang lebar.
“Lu juga sih, ngapain juga lu terima tawaran mereka kalo lu nggak suka? Kayak gini kan yang kasihan si Dhaffa.” ucap Zeefa.
“Iya gua tau kalo gua salah. Gimana cara putusin dia? Gua kasihan sama dia.” ujar Zah.
“Dalam urusan cinta, nggak ada tuh kamusnya kata KASIHAN!! Cinta itu dari hati, bukan karena iba, Zah!” ucap Nahla dengan menekan kata KASIHAN pada Zah.
“Baiklah gua akan berusaha untuk ngomong jujur ke Dhaffa.”
“Nah, gitu dong Zah!” teriak Arda. Zah tersenyum lega.
“Tapi, kalo lu nggak suka Dhaffa lu suka sama siapa dong Zah?” tanya Zeefa.
“Gua suka, Rasya!” ucap Zah sedikit malu malu.

Cerpen remaja tentang cinta
Cerpen remaja tentang cinta

“Ooh, jadi lu suka Rasya!” ucap Nahla dan Zeefa hampir bebarengan.
“Lah, nggak usah lebay deh lu pada! Haha.” ujar Arda. Zah tersenyum sangat lega. Kini permasalahannya dapat terselesaikan.

~TAMAT~

Demikian tadi sebuah cerpen remaja tentang cinta yang berjudul Love False, sampai ketemu pada postingan cerpen remaja berikutnya.


0 comments

Post a Comment