Judul: Dua Cinta Antara Dinding Kelas
Mentari siang hari seakan menampar dunia. Menembus genting-genting yang senantiasa menjaga manusia yang berada dibawahnya. Hingga membuat butiran keringat menetes dibadanku. Alunan nada guru yang memberikan materi menembus liang telingaku dan memukul gendang telinga ini, kemudian diteruskan keberbagai organ pendengaran dan sampailah ke otak.
“Kok nggak selesai-selesai ya Na?” tanya ku pada Luna.
“Sabar dong Fit, sepuluh menit lagi kok.” jawab Luna. Aku kembali terdiam menatap kosong kedepan. Aku tak dapat mengkonsentrasikan otak ini ke pelajaran yang sedang ku hadapi. Fikiranku sedang tertuju pada satu rasa, yaitu cinta. Setelah ku alami patah hati yang menaun, kini ku hendak mencoba untuk membuka hati dan memberi kesempatan pada orang yang tulus mencintaiku.
Teet…tettt… bel istirahat melantunkan iramanya. Aku tersadar dari lamunanku tentang cinta. Aku memilih duduk-duduk di dalam kelas bersama Selly, Luna, dan Dina. Hanya duduk memainkan handphone yang ada di tangan ku.
“Nggak ada sms dari mas mantan nih, hehe.” keluhku pada ketiga sahabatku dengan nada bercanda.
“Ah kamu ni Fit, dulu pingin putus, pas udah putus malah ngarepin dia lagi.” komentar Dina.
“Hehe, iya sih. Udah lah, orang aku cuma bercanda, hehe.” ujarku mempertahankan ucapanku dahulu. Aku kembali memainkan tombol-tombol handphoneku, hingga tanpa sadar terangkai sudah nomer hp mas Diko mantanku.
“Ah, mungkinkah aku masih mengharapkannya? Lupakan Fita, lupakan dia!” ucapku dalam batin. Ku merapikan kembali hati dan fikiranku agar sejalan. Tiba-tiba seseorang memanggilku dari balik dinding kelas ini, ku lihat dari jendela siapa yang memanggilku. Ah, ternyata Huda.
“Ada apa Zain?” tanyaku padanya.
“Emm, ada sesuatu… Emm, yang mau aku… Bicarakan… Padamu.” ucapnya dengan suara yang sedikit terputus-putus karena gugup.
“Ya ngomong aja dong Zain,”
“Nggak bisa kalo disini, ramai.” ucapnya sambil melihat ke sekelilingnya.
“Nggakpapa Zain, ini lumayan sepi kok.”
“Emm, baiklah. Aku bener-bener suka sama kamu Fit, percaya deh. Kamu mau kan jadi cewek ku? Aku nggak pengen kamu tolak lagi,” ujarnya dengan cepat dan wajah yang penuh dengan keringat. Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya yang sering dia ucapkan padaku.
“Masuk kelas dulu sini, aku omongin something.” ujarku memintanya untuk masuk ke dalam kelas, masak ngobrol tentang hati kok terhalang dinding. Dengan langkah mantap, Zain masuk kedalam kelas dan menuju ke bangku belakangku. Ia duduk dan menatapku penuh harap.
“Kamu mau jawaban YA, atau TIDAK?” tanyaku dengan sedikit menekan kata YA dan TIDAK.
“Yaa, ya aku sih pengennya kamu jawab YA. Aku hampir putus asa karena kamu tolak terus.”
Aku diam sejenak, mencoba memutar otak untuk jawabanku kali ini. Antara ya dan tidak. Jika ku tidak bangkit dalam keterpurukanku, bagaimana aku kelak jalani hidup? Aku tak mungkin hanya menaruh harapan yang tak pasti kan terwujud. Mungkin aku harus mencoba untuk suka pada Huda. Aku harus mampu membuka hati untuk lainnya. Ya, mungkin inilah jawabannya.
“Oke, kita jalani aja deh Zain. Biarkan mengalir seperti air. Rasa itu bisa saja kan datang karena terbiasa.” ujarku tenang dan mantap. Senyum manis yang tlah lama lenyap, saat ini dapat mengembang diwajahku. Ku coba untuk cintai dia.
~the END~
ilustrasi - cerpen remaja |
Itulah cerpen remaja terbaru yang berjudul dua cinta antara dinding kelas, semoga cerpen diatas menghibur Anda.
0 comments
Post a Comment