Aksara ini Jawa digunakan dalam berbagai teks berbahasa Jawa dan beberapa bahasa lain di sekitar wilayah penuturannya. Aksara Jawa sendiri lebih dikenal sebagai Hanacaraka atau Carakan. Artikel singkat ini akan mencoba memaparkan huruf-huruf serta tanda baca yang digunakan dalam aksara ini beserta aturan penggunaannya.
Aksara dasar (Aksara Ngalegena) Jawa
ꦲꦤꦕꦫꦏ ꦢꦠꦱꦮꦭ
ha na ca ra ka da ta sa wa la
ꦥꦝꦗꦪꦚ ꦩꦒꦧꦛꦔ
pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga
Urutan dasar aksara Jawa banyak dikenal orang karena berisi suatu cerita legenda:
Hana Caraka (Terdapat Pengawal)
Data Sawala (Berbeda Pendapat)
Padha Jayanya (Sama kuat/hebatnya)
Maga Bathanga (Keduanya mati).
Bagi Anda yang kurang mengenal bahasa Jawa, dibutuhkan sedikit catatan.
- /d/, /ɖ/, /j/, /b/, dan /g/ pada bahasa Jawa selalu dibunyikan meletup (ada hembusan h); ini memberikan kesan "berat" pada aksen Jawa.
- ha, mewakili fonem /a/ dan /ha/. Bila aksara ini terletak di depan suatu kata, akan dibaca /a/. Aturan ini tidak berlaku untuk nama atau kata bahasa asing (selain bahasa Jawa).
- da dalam penulisan latin dipakai untuk /d/ dental dan meletup (lidah di belakang pangkal gigi seri atas dan diletupkan). /d/ ini berbeda dari bahasa Indonesia/Melayu.
- dha dalam penulisan Jawa latin dipakai untuk /ɖ/ (d-retrofleks). Posisi lidah sama dengan /d/ bahasa Melayu/Indonesia tetapi bunyinya diletupkan.
- tha dalam penulisan Jawa latin dipakai untuk /ʈ/ (t-retrofleks). Posisi lidah sama seperti /d/ tetapi tidak diberatkan. Bunyi ini mirip dengan bila orang beraksen Bali menyuarakan 't'.
Arti Huruf Jawa
Ha Hana hurip wening suci - adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci
Na Nur candra, gaib candra, warsitaning candara - pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi
Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi - arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
Ra Rasaingsun handulusih - rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana - hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alam
Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan - menerima hidup apa adanya
Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa - mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
Sa Suram ingsun handulu sifatullah - membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
Wa Wujud hana tan kena kinira - ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
La Lir handaya paseban jati - mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
Pa Papan kang tanpa kiblat - Hakekat Allah yang ada tanpa arah
Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane - Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
Ja Jumbuhing kawula lan Gusti - Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya
Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi - yakin atas titah/kodrat Illahi
Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki - memahami kodrat kehidupan
Ma Madep mantep manembah mring Ilahi - yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
Ga Guru sejati sing muruki - belajar pada guru nurani
Ba Bayu sejati kang andalani - menyelaraskan diri pada gerak alam
Tha Tukul saka niat - sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan
Nga Ngracut busananing manungso - melepaskan egoisme pribadi manusia.
Pasangan Huruf Jawa
Apabila Carakan / aksara Jawa lebih bersifat silabis (kesukukataan), bagaimana Carakan bisa menuliskan huruf mati? Hal ini bisa dijawab dengan adanya pasangan. Pasangan memiliki fungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup (diakhiri konsonan) dengan suku kata berikutnya.
Sebagai contoh kata "aksara" yang bila dipisahkan menurut silabiknya adalah "ak", "sa", dan "ra". Suku kata yang pertama suku kata "ak". Untuk menuliskan "ak" ini pertama-tama adalah dengan menuliskan aksara "ha (ꦲ)" terlebih dahulu. Kemudian menuliskan aksara "ka (ꦏ)" karena aksara "ka". Untuk mematikan vokal "a" pada "ka", maka kita harus menuliskan bentuk pasangan "sa".
Bentuk pasangan disebutkan memiliki fungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup dengan suku kata berikutnya. Artinya bahwa huruf yang diikuti pasangan akan dimatikan huruf vokalnya sehingga menjadi konsonan. Pada kasus di atas aksara "ka" diikuti pasangan "sa" yang berarti "ka" akan dibaca sebagai "k".
Lihat juga: Kalender Pendidikan Terbaru
Semua aksara pokok yang ada di Carakan memiliki pasangannya masing-masing. Bentuk pasangan ini ada yang dituliskan di bawah dan ada juga yang di atas sejajar dengan aksara.
Aksara Murda
Kegunaan Aksara Murda seperti dijelaskan dibawah ini.
Pada aksara hanacaraka memiliki bentuk murda (hampir setara dengan huruf kapital) yang seringkali digunakan untuk menuliskan kata-kata yang menunjukkan
- Nama Gelar
- Nama Diri
- Nama Geografi
- Nama Lembaga Pemerintah
- Dan Nama Lembaga Berbadan
(Kata-kata dalam Bahasa Indonesia yang menunjukkan hal-hal diatas biasanya diawali dengan huruf besar atau kapital. Untuk itulah pada perangkat lunak ini kita gunakan huruf kapital untuk menuliskan aksara murda atau pasangannya).
Aksara Murda dan Pasangannya
Sebagai catatan mengenai aksara murda ini bahwa tidak semua aksara yang ada di Hanacaraka memiliki bentuk Murdanya. Aksara murda dalam Hanacaraka hanya berjumlah 8 buah. Bentuk Murda dalam hanacaraka juga memiliki bentuk pasangan yang memiliki fungsi sama dengan pasangan dalam aksara Jawa.
Bentuk Aksara Murda serta Pasangan Murda
Aturan Pengunaan
Untuk aturan penulisan Aksara murda ini hampir sama dengan penulisan aksara-aksara pokok di Hanacaraka, ditambah dengan beberapa aturan tambahan yakni :
- Murda tidak dapat dipakai sebagai sigeg (konsonan penutup suku kata).
- Bila ditemui aksara murda menjadi sigeg, maka dituliskan bentuk aksara pokoknya.
- Bila dalam satu kata atau satu kalimat ditemui lebih dari satu aksara murda, maka ada dua aturan yang dapat dipergunakan yakni dengan menuliskan aksara murda terdepannya saja, atau dengan menuliskan keseluruhan dari bentuk aksara mudra yang ditemui.
0 comments
Post a Comment