Contoh Naskah Drama Teater

Naskah teater membutuhkan sebuah teks dialog yang rapi dan lengkap untuk dapat dimainkan secara maksimal oleh para pemeran karakter dalam drama teater tersebut.

Semakin lengkap dan deskriptif naskah drama teater yang disusun, maka hasilnya akan semakin membantu para pemeran. Dibawah ini merupakan contoh naskah drama teater yang mungkin berguna bagi Anda.

Contoh Naskah Teater Singkat Untuk 3 Orang


Drama merupakan salah satu jenis karya sastra yang berupa pementasan antar tokoh dengan dialog mengenai tema tertentu.

Drama pada zaman dulu merupakan salah satu hiburan yang paling ditunggu-tunggu. Sebab selain memberikan kesenangan juga sekaligus memberikan wejangan atau nasehat kepada para penikmatnya.

Drama identik sebagai media untuk memberikan pesan moral mengenai suatu hal, sehingga tema pada drama cukup beragam.

Baik untuk tema sosial kehidupan, pendidikan, kesehatan, dll. Berikut adalah salah satu contoh naskah drama teater yang bisa dijadikan referensi untuk pementasan atau tugas sekolah maupun kuliah.

Judul : Buah Kesombongan Borneo

Tema : Drama Sosial

Pemeran

  1. Himalaya
  2. Aurita
  3. Borneo 

Sinopsis drama


Borneo adalah salah satu bintang kelas di kelas XII IPA 2 SMA N 1 XXX, karena kepandaiannya inilah sering mengikuti perlombaan dalam bidang akademik.

Umumnya seorang juara kelas memiliki banyak teman, karena menjadi tempat untuk bertanya dan belajar.

Namun tidak demikian dengan Borneo, meskipun mengoleksi piala dari perlombaan akademik, namun tidak memiliki koleksi sahabat. himalaya sebagai seorang teman sekelas mencoba untuk mengarahkan sifat buruk Borneo yang tidak bisa diajak berteman.

Babak I


Himalaya adalah ketua kelas di XII IPA 2, memahami punya tanggungjawab untuk menjaga hubungan baik antar teman sekelasnya. Selayaknya seorang ketua RT yang harus berusaha menjaga kerukuan antar warganya. Himalaya tahu bahwa ada satu orang di kelas yang menjadi “public anemy” bagi semua siswa lainnya. Maka ia pun mencoba membantu teman bermasalah tersebut.
Himalaya : “Hai Neo….!” (sapanya kepada Borneo, sembari merangkul bahunya guna mendekatkan diri.)
Borneo : “Ada apa? Apa ada tarikan iuran kelas..?”
Sejenak Himalaya tertawa, namun sayangnya reaksi Borneo tetap dingin membuat atmosfer suasana menjadi canggung untuknya.
Himalaya : “Gak, bukan itu. Gak ada apa-apa, cuma mau ngobrol aja. Lagi sibuk ya..?” (ucapnya sambil menggaruk kepala, meskipun tidak terasa gatal.)
Borneo : “Sibuk baca buku aja…”
Himalaya : “Gak ke kantin?”
Borneo : “Gak..”
Himalaya : “Sesekali maen sama anak-anak, biar lebih akrab lah Ne.. ke kantin kek, olahraga bareng atau belajar bareng kan enak..”
Borneo : “Mereka kan gak bisa diajak belajar! Bisanya Cuma maen aja, gak niat sekolah. Kamu juga sama..!”
Himalaya : “Jangan gitu dong, niat sekolah sih pasti kalau gak ngapain susah-susah masuk sini. Iya to? Soal prestasi, kan emang wajar ada yang encer kaya kamu ada juga yang sebaliknya…”
Borneo : “Kalau sama encernya kan lebih enak… Udah ah, sana pergi bikin panas aja udaranya…!”
Himalaya bingung sekaligus tersinggung, akhirnya ia beranjak pergi menjauhi Borneo. Sosialisasi juga penting baginya, bergaul kan tidak bisa dengan sesame jenis dan kalangannya. Harus bisa membaur untuk bisa menanamkan rasa empati.

Babak II


Jam pulang sekolah sudah berlalu sepuluh menit lalu, Himalaya pulang seperti biasa dengan sepedanya. Selang beberapa saat terdengar suara perempuan memangil namanya.
Aurita : “Hima…! Hima…!”
Himalaya seketika menoleh, dan mendapati teman sekelas sekaligus sekertaris di kelasnya, si Aurita memanggilnya. Sama dengannya menggunakan sepeda, maklum jarak sekolah dengan rumah lumayan dekat terlebih Himalaya memang penggemar berat sepeda, terutama type Road Becycle seperti yang ia punya.
Himalaya : “Eh, Kamu.. mau barengan nih ceritanya..?”
Aurita : “hehehe… iya, daripada naik sepeda sendirian. Hmmm.. kamu tadi tumben ngobrol sama si Borneo yang judes itu..?”
Himalaya : “Tadi lihat to..?”
Aurita : “Anak-anak kan pada heboh, udah jadi kaya headline gitu Him. Emang kamu ada masalah sama dia?”
Himalaya : “Ah.. ada-ada aja, gak ada apa-apa. Kok malah jadi heboh, kan litany kasihan Borneo gak punya temen.”
Aurita : “Dia kaya makhluk Dissosial Him, jadi bukannya kita yang gak mau temenan. Dianya yang gak mau. Kalau sama orang yang pintar di kelas dia baru exited. Kan anak-anak jadi males..”
Himalaya : “Iya sih.. entahlah, kita sekelas kan pasti nantinya juga saling butuh dan kasih bantuan. Ya.. kaya manusia umumnya lah Ur..”
Aurita : “Lha dia makhluk khusus og Him.. gak usah diganggu aja, nanti malah bikin naga tidur kita jadi terbangun..”
Keduanya tertawa bersama, akhirnya Aurelia sampai di depan rumahnya. Himalaya masih harus melanjutkan beberapa blok lagi.

Babak III


Suasana sekolah kini semakin antusias, perihal persiapan ujian kenaikan kelas. Terutama kelas XII IPA 2 yang didalamnya terdapat sang juara sekolah yang senantiasa terus bersinar. Borneo sudah menyusun strategi jauh-jauh hari sebelum semester genap ini ada di depan mata. Namun manusia boleh berencana, Tuhan lah yang menentukan. Masa sulit menghampiri Borneo, ia jatuh sakit dan harus bed rest di rumah sakit.
Himalaya : “Wah, kasihan di Borneo gak bisa ikut ujian. Moga cepet sembuh biar bisa ikut ujian susulan, daripada harus ngulang..”
Aurita : “Kabarnya si Borneo frustasi berat Hima.. Mungkin perihal sakitnya, terus gak bisa lagi adu encer otak jadinya gak sembuh-sembuh…”
Himalaya : “Hust.. perempuan sukanya gossip aja, kita jenguk dia aja bareng-bareng..”
Aurita : “Nah kalau kita diusir dari depan pintu kamarnya gimana?”
Himalaya : “Gak lah, yakin aja. Temen sakit kalau bener frustasi kaya yang kamu bilang udah kewajiban kita kasih dukungan.”
Aurita : “Terserahlah.. kamu ketua kelasnya, aku sama anak-anak manut saja. Kita jenguk dia usai jam ujian terakhir ya..”
Ujian Kimia sudah selesai, kelas XII IPA 2 kini mulai menulis daftar anak yang ikut menjenguk Borneo di rumah sakit. Hasilnya hanya 5 anak yang bersedia.
Aurita : “Jangan sedih gitu, masih untung ada yang mau ikut. Kalau cemberut gimana bisa kasih motivasi buat Borneo..?”
Himalaya hanya memberikan senyuman sebagai jawaban. Tak berapa lama sampailah rombongan ini di ruang rawat inap Borneo.
Himalaya : “Gimana keadaan kamu? Udah baikan?”
Borneo : “Lumayan..”
Aurita : “Maaf loh Neo, yang jenguk gak semua. Pada sibuk belajar buat fisika besok. Moga cepet sembuh ya, biar bisa ikut ujian doanya juga anak-anak nilainya bagus.”
Himalaya : “Doa orang banyak nanti bisa cepet terkabul Neo..”
Borneo : “Iya makasih untuk semuanya..”
Aurita : “Hubungan baik itu dibina Neo, besok-besok sama anak-anak diperbaiki hubungannya. Kalau ada apa-apa semua pun bisa bantu, kamu gak bisa selamanya hidup sendiri.”
Borneo hanya bisa diam saja, menyadari akan semua hal yang ia lakukan kepada temannya adalah sebuah kesalahan. Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga, maka secerdasnya diri kita, seistimewa diri kita pasti suatu ketika akan membutuhkan orang lain.

Contoh Naskah Drama Teater

Demikianlah contoh naskah drama teater yang semoga bermanfaat bagi anda yang membutuhkan referensi naskah drama.


1 comments: