Ibu:
Bawang Putih, nanti kamu harus bangun sebelum adzan Subuh. Kamu harus persiapkan air mandi dan sarapan untuk ibu dan Bawang Merah. Terus kamu harus memberi makan pada ternak, lalu menyiram di kebun, dan mencuci baju ke sungai. Sesudah itu, kamu lekas menyetrika baju, dan membersihkan rumah, paham?
Bawang Putih:
Ya, Putih mengerti, ibu.
Meskipun diperlakukan seperti seorang pembantu, namun Bawang Putih selalu mengerjakan perintah Ibu Bawang Merah dengan hati yang riang. Dia berharap suatu saat ibu tirinya itu bisa mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pada pagi itu, seperti biasa Bawang Putih membawa timba berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Sambil bernyanyi kecil Putih menyusuri jalan setapak dipinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya.
Bawang Putih:
Pada hari itu cuaca sangat cerah. Bawang Putih segera mencuci semua pakaian kotor milik ibu dan kakak tirinya yang dibawanya. Merasa terlalu keasyikan, Bawang Putih tidak menyadari bahwa salah satu baju ibu tirinya hanyut terbawa arus. Lebih parahnya lagi baju yang hanyut itu merupakan baju kesayangan ibu tirinya. Saat menyadari hal itu, Bawang Putih mencoba menyusuri sungai untuk menemukan baju itu.
Bawang Putih:
Aku harus menemukan baju ibu, karena itu adalah baju kesayangannya. Jika tidak, ibu pasti akan sangat marah sama aku.
Setelah berusaha mencarinya dengan menyusuri sungai, Bawang Putih akhirnya tidak berhasil menemukan baju kesayangan ibu tirinya itu. Dengan wajah putus asa dia kembali kerumah dan menceritakan kejadian itu kepada ibunya.
Bawang Putih:
Bu, Putih mau minta maaf sama ibu. Maafkan Putih bu, baju ibu hanyut terbawa arus.
Ibu:
Terbawa arus? Dasar kamu ceroboh! Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu sampai ketemu ! Ingat, kamu tidak boleh pulang ke rumah jika belum menemukan baju itu, paham?
Dengan segala keterpaksaan, Bawang Putih terpaksa harus menuruti keinginan ibu tirinya. Dia kembali menyusuri sungai tempat dimana dia tadi mencuci. Setelah sekian lama mencari, Bawang Putih tak juga menemukan baju itu. Bawang Putih terus berusaha mempertajam pandangannya dan lebih teliti lagi untuk menemukan baju itu.
Bawang Putih bertemu dengan seorang wanita paruh baya dan menanyakan sesuatu kepada orang tersebut.
Bawang Putih:
Bi.. bi.. bi.. !
Bibi:
Ya, ada apa nak?
Bawang Putih:
Mau nanya bi, apakah bibi melihat baju merah hanyut terseret arus lewat sini? Saya harus menemukan baju itu bi, dan harus segera membawanya pulang.
Bibi:
Tadi sih saya lihat nak, kalu kamu mengejarnya kamu harus cepat-cepat! mungkin kamu bisa menemukan baju itu.
Bawang Putih:
Baiklah bi, terimakasih banyak ya, bi!
Bibi:
Iya, sama-sama.
Hari sudah beranjak gelap, Bawang Putih pun mulai putus asa untuk menemukan baju itu. Tidak lama lagi malam akan tiba. Dari kejauhan Nampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk tepi sungai. Bawang Putih bergegas menghampiri rumah itu lalu mengetuk pintu.
Bawang Putih:
Permisi, pak/bu……..!
Nenek:
Kamu siapa, nak?
Bawang Putih:
Saya Bawang Putih, nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hilang dibawah arus sungai dan sekarang kemalaman, apa boleh saya numpang disini malam ini, nek?
Nenek:
Tentu, tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu, baiklah aku akan mengembalikannya sama kamu, tapi kamu harus menemeni nenek disini selama seminggu, karena sudah lama nenek tidak ngobrol sama siapapun, bagaimana apa kamu setuju?
Bawang Putih:
Baiklah nek kalau begitu, saya akan menemani nenek selama satu minggu, asalkan nenek tidak jenuh sama aku.
Selama satu minggu Bawang Putih pun tinggal bersama nenek itu. Setiap hari Bawang Putih membantu nenek itu untuk mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Nenek itu pun merasa sangat senang sampai akhirnya genap sudah satu minggu. Nenek itu memanggil Bawang Putih
Nenek:
Nak, sudah satu minggu kamu tinggal digubuk nenek dan nenek senang sekali karena kamu anak yang sangat rajin dan berbakti. Karena itu, sesuai janji nenek sebelumnya kamu boleh membawa pulan baju ibu kamu, dan satu lagi kamu boleh memilih salah satu dari labu kuning ini sebagai hadiah dari nenek.
Bawang Putih:
Jangan nek, nenek tidak usah memberiku hadiah.
Nenek:
Sudahlah, ambil saja Bawang Putih.
Bawang Putih:
Ya sudah, kelau begitu Putih memilih yang kecil, nek.
Nenek:
Kenapa kamu memilih yang kecil, nak?
Bawang Putih:
Kalau yang besar, saya takut tidak kuat membawanya, nek.
Nenek itu pun tersenyum...
Setelah sampai di rumah, Bawang Putih segera menyerahkan baju merah milik ibu tirinya itu.
Bawang Putih:
Ibu, ini baju ibu sudah aku temukan.
Ibu:
Mana? Ya sudah, sana pergi kamu.
Bawang Putih:
Ya, bu.
Bawang Putihpun pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya, betapa terkejutnya Bawang Putih ketika labu yang terbelah itu ternyata berisi emas permata yang sangat banyak sekali.
Bawang Putih:
Haaah... emas. Ibu, aku dapat emas permata.
Bawang Merah dan ibunya pun langsung merebut emas dan Permata tersebut dari Bawang Putih.
Bawang Merah:
He.., kamu dapat emas dan permata ini darimana? kok bisa-bisanya dapat emas permata sebanyak ini?
Ibu:
Dapat darimana kamu, Putih?
Bawang Putih:
Emas itu aku dapat dari…
Bawang Merah:
Darimana? Ayo ngomong kamu!
Bawang Putih:
Pas aku sedang mencari baju ibu yang hanyut terbawa arus yang kemudian kemalaman terus aku menginap dirumah seorang nenek yang gubuknya berada pinggir sungai, dan aku disuruh untuk menemaninya selama satu minggu. Setelah itu, aku diberi hadiah ini yang ternyata berupa emas permata setekag aku belah.
Usai mendengar cerita Bawang Putih, Bawang Merah pun berencana untuk melakukan hal yang sama, tapi kali ini Bawang Merah yang berniat melakukannya.
Ibu:
Bawang Merah, kamu harus melakukan apa yang dilakukan oleh anak malang ini.
Bawang Merah:
Ya, bu. Bawang Merah akan melakukannya.
Ibu:
Ya sudah, kalau begitu besok pagi kamu harus pergi ke sungai, ya?
Bawang Merah:
Ya, baik bu.
Pada esok harinya Bawang Merah pun secara sengaja menghanyutkan bajunya ke sungai, setelah itu dia lantas menuju rumah nenek tersebut.
Bawang Merah:
Nek, nek... nenek lihat baju yang hanyut, tidak?
Nenek: Nenek tau, tapi kamu harus menemaniku selama seminggu, bagaimana?
Bawang Merah:
Ya, baiklah nek.
Selama satu minggu lamanya Bawang Merah selalu bermalas-malasan, jika ada yang dikerjakan pasti hasilnya tidak sesuai keinginan nenenk itu karena dikerjakan dengan malas-malasan. Akhirnya setelah satu minggu nenek membolehkan Bawang Merah untuk pulang.
Bawang Merah:
Bukannya mestinya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena sudah mau menemani nenek selama satu minggu?
Nenek:
Oh, ya... silahkan kamu memilih salah satu dari labu itu.
Bawang Merah:
Bawang Merah pun mengambil yang besar, dan langsung pergi meninggalkan gubuk nenek itu.
Ketika sampai di rumah, Bawang Merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut Bawang Putih akan minta bagian, mereka menyuruh Bawang Putih untuk pergi ke sungai yang tidak jauh dari rumahnya.
Ibu:
Bwang Putih, sana kamu pergi ke sungai cuci baju-baju yang kotor.
Bawang Putih:
Iya, bu.
Hingga Bawang Putih pergi, mereka membelah labu tersebut, namun ternyata yang keluar bukan emas melainkan binatang berbisa, salah satunya adalah ular. Binatang itu pun langsung menyerang Bawang Merah dan Ibunya sampai meninggal.
Bawang Merah & Ibu:
Aaa... tolong.... !!
Demikian naskah drama Bawang Merah & Bawang Putih II, semoga bermanfaat.
izin copas gan..
ReplyDeleteWidaryati@Wajib menyertakan link sumber, ok :)
ReplyDeleteizin copas yaa, terimakasih :)
ReplyDelete