Contoh Drama Adik Kakak

Contoh Naskah Drama Adik dan Kakak berikut ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bermanfaat untuk para sahabat pembaca yang sedang mencari contoh naskah drama pendek. Skenario drama yang mudah diperankan berikut ini mengisahkan tentang tiga bersaudara; satu laki-laki, dan dua perempuan.

Deskripsi Drama Adik Kakak


Judul: Kepedulian Terhadap Saudara
Tema: Sosial ; Motivasi
Durasi: Singkat
Pemain: 3 orang
Penokohan:1.  Budi (bijak) 2. Tini (sabar) 3. (bandel dan pemalas)

Sinopsis Drama Adik Kakak


Budi merupakan saudara tertua dari Tini dan Lia. Budi dan Tini sangat memberi perhatian terhadap Lia yang dianggapnya memiliki personaliti dan kebiasaan yang kurang baik. Apapun yang dilakukan Lia, Budi dan Tini selalu berusaha untuk menegur dan tetap sabar dalam mengingatkan adiknya itu.

Dialog Drama Adik Kakak


Budi: Lia, kamu kenapa tidak mau membantu kakakmu?
Lia: Ngapain harus dibantu segala sih mas? Kan dia sudah besar, masak begitu saja minta dibantu!
Budi: Bukan berarti karena sudah besar dan kamu masih kecil terus kamu nggak mau membantunya. Adik kakak itu kan harus saling tolong menolong.
Lia: Ah mas Budi ini belain kakak terus kenapa sih!

Karena merasa kasihan dengan adiknya, maka Budi pun membantu Tini. Tini sedang sibuk membersihkan seluruh bagian rumah yang memang terlihat sangat kotor dan tidak seperti biasanya. Maklum, karena memang habis ada angin kencang.

Budi: Tini, mas Budi bantuin ya!
Tini: Nggak usah mas Budi, biar Tini aja yang bersihkan. Mas Budi kan cowok masak cowok bersih-bersih rumah?!
Budi: Lha emang kenapa kalau cowok,, kata siapa cowok itu nggak boleh bersih-bersih rumah?
Tini: Bukannya nggak boleh sih, cuman kurang pas aja dilihatnya, apalagi di rumah ini kan ada aku sama Lia.
Budi: Iya, tadi aku juga sudah negur si Lia, tapi dianya emang bandel. Kamu yangs abar aja punya adik kayak Lia.
Tini: Iya mas.

Setelah hampir satu jam bersih-bersih, rumah mereka akhirnya tampak bersih dari debu dan daun-daun yang berguguran. Mereka kemudian mandi karena waktu memang sudah hampir menjelang adzan Maghrib.

Setelah mereka selesai sholat maghrib, Tini mengajak adiknya, Lia untuk belajar bersama. Lia selama ini memang sulit sekali kalau diajak untuk belajar. Bahkan PRnya pun sering tidak dikerjakan.

Tini: Dik (Suara Tini memanggil Lia yang sedang berada di kamar)
Lia: Iya, ada apa kak?
Tini: Udah jam belajar nih.. mari belajar sama kakak!
Lia: Ah kakak ini, baru juga jam 6.30 tapi sudah ngajakin belajar. Kan bentar lagi sudah mau waktu sholat Isya’.

Karena memang sudah menjelang waktu Isya, maka Tini pun tidak memaksa Lia untuk segera ikut belajar dengannya. Tini akan menunggu adiknya itu sampai dia selesai sholat.

Tini: Ya sudah kalau gitu, kakak tunggu sampai kamu selesai sholat ya!

Jarum jam akhirnya sampai pada angka 19.45 dan Lia belum terlihat keluar dari kamar. Tini pun kembali mendatangi adiknya tersebut.

Tini: Lia, ini kan sudah jam 19.45 kok kamu masih di dalam kamar aja. Kamu kan harus belajar!
Lia: Ah malah lah kak, Lia udah ngantuk nih. Besok besok kan masih ada waktu untuk belajar. Kan nggak harus malam ini belajarnya.

Tini mencoba membujuk adiknya itu untuk segera belajar, namun si adik juga selalu membantah dan beralasan. Sampai akhirnya Budi mendengar pembicaraan mereka hingga Budi mendatangi mereka.

Budi: Ada apa dik?
Tini: Ini si Lia diajakin belajar tapi dianya banyak alasan.
Budi: Lia, kamu itu kan sudah besar. Mestinya kamu itu semakin bisa mikir, bukannya malah susah bener dikasih tahu.

Kali ini Budi terlihat marah dengan Lia. Maklum, Lia anaknya memang sangat bandel dan susah dikasih tahu.

Budi: Kalau kamu seperti ini terus, bagaiman masa depan kamu kelak? Kamu mau jadi gembel? Mau jadi apa kamu nanti?
Lia: memangnya semalam saja nggak belajar akan membuat aku jadi gembel mas? Mas Budi ini ada-ada saja.
Tini: Wusss Lia, nggak boleh nyolot gitu!

Bukannya merasa takut, tapi Lia justru berani menjawab omelan Budi. Budi pun akhirnya tidak bicara sepatah kata lagi, kemudian dia memilih keluar rumah. Raut kekecewaan pun tampak di wajah Tini melihat sikap adiknya yang sedemikian parah.

Tini: Lia, kamu itu harus hormat sama mas Budi. Kamu masih muda, mas Budi itu kan yang paling tua. Kamu harus punya rasa sopan.
Lia: Memangnya aku nggak sopan ya kak? Memangnya aku ngapain? Kan aku cuman menjawab doang.
Tini: Iya, tapi cara kamu menjawab itu seolah-olah kamu tidak punya rasa takut dan respect sama dia. Salah itu, jangan diulang!

Tini kemudian belajar sendiri sampai jam 9.00. setelah itu dia kemudian masuk kama untuk segera tidur karena dia memang sudah merasa lelah setelah sore harinya melakukan bersih-bersih rumah.
Pagi pun telah tiba, dan Tini mendapati adiknya belum juga keluar dari kamarnya. Padahal sebentar lagi sudah waktunya pergi sekolah. Ia pun bergegas menuju kamar adiknya tersebut.

Tini: Lia, kamu ngapain aja di kamar? Ini kan sudah jam 5.45, kamu kenapa belum bangun? Bentar lagi sudah waktunya pergi sekolah lho! Ayo bangun, mandi, abis itu sarapan, terus pergi sekolah.

Dari dalam kamar, Lia sebenarnya mendengar ucapan kakaknya, namun ia enggan beranjak dari kamarnya, dan tetap asyik tidur-tiduran di kamarnya. Merasa tidak diendahkan oleh adiknya, Tini pun memanggil Budi untuk menegur si Lia.

Tini: Mas Budi, itu si Lia nggak mau bangun. Bentar lagi kan sudah mau berangkat sekolah, dianya malah asyik di dalam kamar aja.
Budi: Kelewatan adik kamu ini.

Budi langsung menuju kamarnya Lia. Kali ini Budi lebih tegas lagi dalam menghadapi sikap adiknya itu yang sungguh membuatnya lelah.

Budi: Lia, kamu mau sekolah apa mau tidur-tiduran di kamar aja? Kalau kamu mau sekolah, lekas mandi dan sarapan. Tapi kalau kamu mau terus tidur-tiduran di kamar, mulai hari ini kamu nggak boleh pake fasilitas yang ada di rumah ini.

Lia pun merasa kaget dengan sikap Budi yang tidak terdengar seperti biasanya. Kali ini dia merasa takut dengan Budi.

Lia: Kayaknya mas Budi bener-bener marah nih (bisik Lia dalam hatinya). Oh iya mas, aku mau mandi nih. Lekas berangkat sekolah.
Budi: iya, buruan nanti kamu telat!

Lia pun akhirnya pergi sekolah bersama kakanya, Tini. Tini sendiri merasa sangat lega karena adiknya itu akhirnya mau mendengarkan ucapan abangnya, Budi.

Setelah hari itu, Lia sedikit demi sedikit memperlihatkan perubahan. Meskipun sifat bandel masih saja mewakili dirinya, namun kali ini dia lebih bisa lunak dan mau mendengarkan ucapan abang serta kakaknya.
Contoh Drama Adik Kakak

Skrip Drama Selesai


Demikianlah contoh skenario drama pendek yang menceritakan tentang kakak dan adik dalam mengharungi kehidupan sehari-harinya. Kepedulian terhadap saudara merupakan hal yang amat perlu untuk senantiasa diwujudkan dalam diri kita semua. Kita harus punya kesabaran, bisa bersikap bijak, dan tidak membiarkan kebiasaan buruk semakin menjadi-jadi sampai akhirnya tidak lagi dapat dibenahi.


0 comments

Post a Comment